“Kau harus datang”
Begitulah bunyi pesan singkat yang kuterima pagi ini. Sesaat sebelumnya aku masih meringkuk memeluk ponselku yang dingin terpapar pendingin ruangan. Bergegas aku meloncat dari tempat tidurku kusambar handuk dan segera mandi.
Gerimis mulai turun saat aku masuk ke dalam kabin pesawat yang dingin ini, bulan Maret ini semua terasa dingin. Kulihat di sisi kiri dua pramugari menjura kepada para penumpang, mengucapkan selamat pagi dan mempersilakan duduk. Aku hanya sedikit menghiraukannya, tak menjawab salam, tak ikut tersenyum. Berlalu saja aku melewati mereka dan duduk di bangkuku. Pandanganku kini pada titik-titik gerimis pada genangan air tipis di kaki garbarata yang mulai membentuk lingkaran-lingkaran gelombang semakin membesar.
Continue reading Kau Harus Datang